December 11, 2008

Pejuang tua

Kemarin waktu aku sedang jalan-jalan di depan sebuah pusat perbelanjaan , tidak sengaja aku menjumpai seorang kakek yang dengan gigihnya memainkan seruling.
Ia duduk di emperan toko dan memainkan musik dari serulingnya. Sekian hari mewarnai hari dengan suara merdu serulingnya. Mengalun lembut  dan berirama seolah-olah mengeser ketidak seimbangan di dunia ini.
Membawa kehidupan yang seimbang , melupakan semua yang telah terjadi.


Aku bertanya dalam hati "Apakah ini arti dari sebuah kehidupan?" ,"Ah bukan , bukankah arti kehidupan bagi setiap orang berbeda ". Tetapi jauh di dalam hatiku, aku bangga bisa melihat si kakek.
Bagaimana tidak , dia setiap hari berjuang dan terus berusaha untuk menyambung hidup.
Dia bukan pengemis , atau orang yang selalu meminta belaskasihan orang lain, dia adalah seorang seniman yang mencoba menggaet nafkah dengan menghibur orang .Dia hanyalah seorang seniman yang tersisih dan terluka oleh pergeseran kehidupan ini.
Pergeseran yang menimbulkan banyak sekali perbedaan,pergeseran yang membuat hidup semakin terlihat tidak berharga.
Dia selalu sendiri , tapi mungkin itu yang aku lihat. Terkadang di hanya terdiam dan mengistirahatkan jiwa dan rasanya untuk sesekali , serulingnya  juga tentunya.
Hanya sedikit orang yang mau menyapa dia , bahkan aku rasa hanya sedikit orang yang mau berbicara dengan si kakek, entah apa yang di rasakan si kakek,mungkin banyak sekali yang di nikmati oleh si kakek dalam hidupnya yang aku ga pernah tau.
Aku lihat kaleng kecil tempat iya mengumpulkan uang tersimpan rapi , dan sengaja tidak ia buka, karena ia sedang beristirahat dan tidak memainkan  serulingnya.
Dan hal ini yang membuka mataku ini , bahwa si kakek tidak mau menerima iba dari orang lain, karena dia mencari nafkah dari hasil dia menghibur orang.
Meski dengan kaki yang terluka,dan berpegangan  pada kedua egrangnya.
Sungguh dia orang yang luar biasa yang pernah aku temui.



No comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk commentnya