February 11, 2009

Sahabat

Detik-detik ini tak pernah berarti tanpa senyummu
Cucuran air mata ini tak terhenti tanpa pelukmu
Gerbang nurani ini tak terbuka tanpa sentuhanmu
Sayap cinta ini tak akan terbang tanpa bisikmu

Tumbuh tunas persahabatan di setiap langkahmu
Menghiasi tanah kering dan gersang di hati
Tumbuhkan bernih oasis di dalamnya
Hijaukan tanah peperangan rasa kesenjangan

Duniaku membutuhkanmu layaknya fajar dengan senja
Waktuku merindukan semangat berbagimu
Layaknya kertas merindukan goresan tinta emas di atasnya
Hangatkan rasa di antara badai pengkhianatan jiwa

Sebelah hati

Sekian waktu aku hanya dapat menatap semu, arah yang kau pilih
Melambaikan kehangatan mentari beralaskan kabut hitam
Memberi nuansa damai di sekejap mata
Melantunkan nada sejuta harap memadu jiwa

Seolah tak memberi waktu nadiku berdenyut
Tak memberi harapan untuku berpaling..
Tak memberi pilihan pada hatiku
Tak memberi langkah pada pijakan di belakangku

Aku akan sadari tatapanku hanyalah semu
Aku akan berbalik arah walau tanpamu
Kakiku akan terus berpijak meski rapuh tanpa harapmu
Mataku terbuka hadapi lawan duniamu

Percaya dan yakini nurani memilih ini
Dua hati yang terbelah arah dan tujuan
Aku berpijak pasti menatap mimpi
Karena tahu pasti sebelah hatiku mengiringi jiwaku dan hatimu...

Kawan

Pernahkah engkau pahami setiap bait goresan ini
Goresan penuh harapan untuk engkau ada
Goresan penuh rintihan untuk engkau dengar
Goresan luka hati untukmu di sini

Berolah nada untukmu bernyanyi
Nyanyian bahagia sang mentari
Membuat dingin tubuh kaku beku ini tak berarti
Damaikan sunyi hati tanpa arti

Menggugah nuranimu untuk pahami
Mengetuk pintu hatimu untuku di sini
Temani sisi hatiku yang sunyi
Mengisi relung dukaku dengan candamu